Jumat, 25 Juli 2014

Ketika Dia Masuk

Ketika Dia Masuk...

Sebut aku penghianat karena perlahan tapi pasti. Satu nama dari generasi baru itu masuk.. masuk disini. Membuat aku.. apa yaa sebutannya? Membuat aku tertarik dan ingin tahu lebih tentang dia, itu kali. Tentang dia yang awalnya ku lihat dalam sebuah video, lalu video lagi ,dan lagi lagi video. Entahlah. Karena memang lewat sana aku pertama kali melihatnya dan.. mengagumi -_- apalagi saat video dia mainin instrument piano Rivers flow apalah panjang banget judulnya. Lewat sana rasa ingin mendukungnya dan menjadikannya seseorang yang ingin kudorong, masuk.

Memang sihh hanya lewat sebuah video yang di take lebih dulu, bukan live. Tapi rasanya beda. Padahal saat kemunculan dia dengan nama lainnya, dengan teman seperjuangan lainnya yang sempat jadi bahan 'konsisten-konsisten-nan' Sama sekali tak ada sedikitpun rasa tertarik untuk melihat lebih dalam kecuali sebuah lirikan kecil. Bahkan aku sempat membuat tulisan 'Takkan Ada Oshi Yang Lain' untuk meneguhkan hati kalau aku memang tidak akan melihat mereka, selain dia. Lebih dalam. Tapi ternyata... aku kalah, kalah oleh diriku sendiri. Yang bisa membiarkan dia masuk. Hingga akhirnya aku biarkan dia masuk lebih dalam disini.

Membiarkan ku perlahan menyandingkan kedudukannya dengan dia yang pertama. Kalau kata mereka-mereka sih.. oshi selir. Atau oshi-add. Entah apalagi sebutannya! Karena apapun itu sebutannya.. aku udah masukin dia dalam daftar seseorang yang ingin aku dukung. Seseorang yang kuharapkan mau menganggapku ada meski aku tak terlihat olehnya. Seterah dialah mau dia anggap aku apa, dan menjadikanku sebagai apa dalam dunia pewayangannya *aisssalah.

Dia datang dalam kemasan yang serupa tapi tak sama dengan dia yang pertama. Kayaknya kalem (yang pertama udah pasti kalem. Sangat malah). Kayaknya gak banyak bicara, pendiem gitu. Bukan deh.. tapi Lola kalo kata dia mah (yang pertama beneran pendiem. Banget lagi). Kayaknya lagi.. dia pemalu (?) Ehtapi nggak kayaknya (yang pertama asli pemalu. Beneran pemalu). Kayaknya jarang ngetwit, bukan jarang lagi. Tapi asli! Jarang sekali ngetwit, berkicau. Dan yang terakhir ini, kelakuannya persis banget sama yang pertama. Sama-sama jarang nongol di social media, hanya jadi stalker mungkin (?). Padahal yang harusnya jadi stalker itu aku bukan mereka. Kan kalau dia sama dia jadi stalker, mantengin derasnya mention yang masuk berserakan di Verandanya *maksudnya Beranda. Kan bukan Facebook. Maksudnya lagi... di Ndelaine *maksain. Timeline maksudnya. Terus aku ngapain ngerefresh timeline? Masuk ke bio mereka? Kalau statusnya masih gantung.. ituitu aja gak ada kejelasan *iniapalagi. Kicauan mereka masih sama. Sama yang beberapa jam lalu, yang sudah berlalu, bahkan berganti hari yang sempat membuat hawatir. Dan yaa.. itulah mereka. Dia dan Dia. Dengan ketidakjelasan waktu ngasih kabarnya, dan dengan jelasnya membuatku menunggu. Menunggu sebuah kicauan. Sian!

Bagaimanapun mereka.. itulah mereka. Baik dia maupun dia kan gak bisa jadi apa yang aku inginkan, yang banyak orang lainnya harapkan, karena mereka memang seperti itu. Tohh selama mereka nyaman dengan apa yang dijalanin aku sih terima jadi aja, nggak mau nawar-nawar. Kan mereka bukan pedagang. Hanya teman jauh yang sulit dijumpai.

Emm.. Aku tahu posisi ku. Tahu dan sadar banget malah. Dukungan ku hanya sebatas sapaan di social media. Memberikan semangat, atau mengingatkan untuk hal kecil. Atau.. kayak sekarang, dukungan jauh demi untuk memajukannya. Bentuk dukungan dalam kemasan 'Dukungan Jauh'. Tapi gak apa-apa lah meskipun hanya dukungan yang tak kasat mata. Karena memang yaa mau sama dia apa dia.. dukunganku ya tetap dukungan jauh, karena aku memang jauh. Sebersinar apapun aku di kejauhan sini.. aku tetap jauh.

Lagian..., mendukung gak harus terlihat kan? Memberikan semangat juga gak harus ngucapin depan dia langsung sambil hi-touch, yakan? Atau, mengingatkan dia untuk ini itu, tapi gak kayak ibu-ibu yang overprotective. Gak harus lewat jabat tangan juga kan? Karena inilah bentuk dukunganku... 'Dukungan Jauh!'

Dan pantas-pantas aja sihh kalau akhirnya aku disebut penghianat karena membiarkan dia masuk dan meyandingkannya dengan dia. Tapi percayalah. Yang pertama tetap yang pertama. Dan yang kedua tetap di kedua. Kecuali ada manipulasi hati *aisssalahlagi. Maaf yaaa.., aku dukung dia. Tapi aku tetap ada dibelakang kamu kok seperti sebelum-sebelum-sebelumnya. Hanya bedanya sekarang ada dua punggung yang aku perhatikan.

Apapun yang terjadi kedepannya.. terima kasih untuk dia dan dia yang sudah memberikan warna tersendiri dalam jalanku ditempat ini. Dan maaf kalau aku sudah mengusik kalian lewat mention gak penting atau mungkin cerita gak jelas nantinya. Itu karena aku mengagumi kalian.. dan lebih dari itu aku.. yagitulah pokoknya. Berjuang terus yaa kalian berdua.

Mengenal.. tidak perlu dikenal, kan?
Seperti hembusan angin.. terasa tanpa perlu dirasa.
Seperti rintik hujan.. mendinginkan tanpa perlu dibasahi.
Seperti terik matahari pagi.. menghangatkan tanpa perlu disentuh.
Seperti matahari senja.. mengantarkan ke penghujung hari tanpa diminta!

Senang bisa mengenali kalian ditempat itu ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah cerita, penyampai kata tak terucap.