Aku terbakar cemburu.. cemburu buta. Tak bisa kupadamkan amarah dihatiku.
Melody pembuka lagu menyakitkan itu mengalun syahdu dari sebuah gitar listrik. Seolah menjadi pembuka rasa sakit yang selama ini hanya bisa tersimpan rapi dalam hati. Dalam kegelisahan yang tidak aku tahu namanya apa.
Aku hanyalah aku. Yang tak memiliki daya bahkan dalam upaya yang sudah aku lakukan. Sakit yang selalu bisa kuredam saat melihat kamu dengan mereka semua ketika memperlihatkan kebersamaan yang.. haaahh bahkan entah harus bagaimana aku menuliskan kebersamaan indah kamu, kalian.
Setiap tulisan itu.. setiap gambar itu.. setiap suara itu.. setiap perjuangan itu.. setiap mereka bisa dekat dengan kamu. Lewat semua upaya yang telah dengan susah payah mereka usahakan hanya demi kamu. Membuat aku yang Setiap kali tahu tentang kegigihan mereka. Dari cerita yang telah mereka bagi, demi untuk melihat kamu, bertemu dengan kamu. CEMBURU! Yaa.. hanya itu yang bisa aku rasakan. Cemburu.
Aku cemburu melihat mereka bisa satu frame sama kamu.
Aku cemburu melihat tulisan mereka tentang kisahnya bersama kamu.
Aku cemburu mendengar setiap cerita kecil dari sebuah bilik dalam sebuah tempelan tangan, yang kamu genggamkan.
Aku cemburu mendengar cerita hura mereka setelah mereka bisa melihat kamu dalam satu show penuh, dengan penutup sebuah toss.
Aku cemburu dengan kegigihan, atau harus aku sebut kegilaan. Mereka demi untuk bisa bertemu dengan kamu. Demi untuk bisa dilihat sama kamu.
Hatiku merasa sakit saat bisa dengan jelas kunikmati kebahagiaan mereka dalam kepedihanku.
Apa itu salah? Apa cemburu itu suatu kesalahan?
Aku bukan tidak ingin bisa seperti mereka. Tapi aku ingat! Aku ya, hanyalah aku. Yang memiliki banyak keterbatasan dalam bentangan jalan. Aku bukanlah seekor burung yang bisa terbang bebas dalam kepakan sayapnya. Tidak mudah untukku mengambil satu keputusan dengan konsekuensi yang bisa aku gambarkan, yang akan aku dapatkan. Mungkin aku terlalu banyak memperhitungkan hingga hitungan itu malah jadi membuatku menyesal.
Dan ya, mereka mungkin akan menyebutku picik. Karena yang mereka lihat, tanpa usaha keras aku ingin bisa bertemu dengan kamu. Dengan banyaknya perhitungan yang aku timbangkan, aku ingin bisa melihat dan dilihat sama kamu. Dengan banyaknya gelutan konsekuensi yang meracau dalam pikiranku, aku ingin bisa menyapamu walau hanya dengan segaris senyum yang bisa kamu balas dengan senyummu.
Tapi, mereka tidaklah pernah tahu bagaimana usahaku untuk bisa mewujudkan angan dalam lamunanku untuk bisa bertemu dengan kamu itu. Dalam setiap perdebatan hati untuk bisa bertemu dengan kamu, aku selalu mengalah pada apa yang lebih penting dari kamu. Tapi itu bukan berarti kamu gak penting. Hanya saja.. satu langkah yang akan aku ambil haruslah bisa aku pertanggung jawabkan.
Aku bisa saja egois pada diriku sendiri. Memenuhi tuntutan hatiku yang sedang merasa cemburu. Untuk bisa melihat kamu, untuk bisa bertemu dengan kamu. Untuk bisa memperlihatkan pada mereka kalau aku juga bisa ada didekat kamu. Satu frame sama kamu. Ngobrol kecil sama kamu. Memberikanmu masukan selepas show yang telah kamu lakoni. Bicara dengan bangga sama kamu. Kalau aku ada, selalu ada diam berdiri dikejauhan tanpa pernah kamu ketahui.
Tapi, apa itu bisa membuatku puas? Membuat rasa cemburu ku hilang? Aku rasa tidak.
Kegeinginan yang didorong atas rasa cemburu seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa langsung selesai.
Karena setelah rasa cemburu itu bisa aku bayar. Mungkin akan muncul rasa lain yang lebih menyiksa dari sekedar cemburu. Dan itu adalah Rasa RINDU!
Rindu untuk bisa lagi bertemu dengan kamu yang tidak bisa aku temui dalam kurun waktu berdekatan ditiap hari dalam kalender.
Dan akhirnya.. aku berpikir. Mungkin ada baiknya aku biarkan saja rasa cemburu yang tidak seharusnya ini masuk mengobrak-abrik hatiku. Hingga aku bisa melihatmu dengan tanpa rasa cemburu sebagai pendorongnya. Agar setelah aku berhasil bertemu denganmu. Aku bisa menikmati juga rasa rindu yang juga bisa memporak-porandakan hatiku.
Aku hanya tidak ingin bertemu dengan mu dalam rasa cemburu. Terlebih, aku tidak ingin bertemu denganmu hanya demi gengsi bisa dilihat orang lain kalau aku juga bisa bertemu dengan kamu.
Suatu hari nanti. Akan tiba waktu untukku bisa bertatap muka denganmu meski mungkin kamu tidak akan menatapku balik. Aku bisa melihat senyummu meski kamu tidak memberikan senyuman balik untukku.
Suatu hari nanti itu.. selalu ada!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar