Belum pernah aku tahu bagaimana ragamu secara mata telanjang, aku selalu memujamu dari belakang sudah persis pemuja rahasia, aku selalu mendukungmu juga dari belakang sudah seperti invisible man.
Untuk sebagian orang.. aku terdengar bahkan terlihat seperti manusia bodoh. Seperti Spongebob yang bisa-bisanya memuja kerang ajaib. Hanya bedanya.. kerang ajaibnya Spongebob terlihat namun tak bergerak ataupun bersuara tapi bisa dia sentuh. Sementara kamu.. bergerak, bersuara, terlihat sempurna tapi tidak bisa aku sentuh. Memang cuma manusia bodoh yang mau melakukan hal seperti itu. Menikmati fatamorgana, ilusi dalam delusi, atau.. khayalan tingkat tinggi yang tak pernah berwujud nyata, tak pernah bersuara nyata.
Entah apa yang menarik darimu? Yang selalu hanya bisa kupandangi dalam sebuah layar flat, dalam selembar photo, bahkan hanya dalam sebuah cerita hingga catatan kecil dari mereka yang bisa selalu menjumpaimu disana. Ditempat yang belum bisa aku gapai, yang hanya bisa aku angankan dalam khayalan ilusiku.
Mungkin benar.. aku ini memang hanya manusia bodoh. Yang mau melakukan ini itu hanya demi dirimu yang tak pernah kujumpai secara kasat mata, yang tak pernah bisa kusentuh. Hmm.. Bukankah seharusnya aku tidak perlu melakukan ini itu secara berlebihan? Tapi entah mengapa rasanya melegakan, menyenangkan, bahkan.. bisa dibilang membahagiakan. Apalagi saat kamu bicara dalam tulisan singkat mengenai aku yang jauh disini. Huahhh rasanya seperti.. kamu bicara itu tepat dihadapanku, sampai aku merasa apa yang sudah aku lakukan untukmu yang tidak banyak ini menjadi berguna, hingga aku bisa menyimpulkan senyum senang. Namun kembali, sepertinya aku memang hanya manusia bodoh. Yang dengan suka hati mau memujamu, mendukungmu, bahkan menerima dan hanya menyimpan rapat sebuah rasa yang cukup menyiksa, rasa.. rindu karena inginnya bertemu. Bodoh bukan?
Ada saat aku sendiri, hanya menatap langit-langit putih. Aku berbisik dalam hati.. iya benar. Ternyata aku ini memang manusia bodoh yang selalu melakukan hal yang menurut mereka itu hanya sia-sia dan buang waktu. Tapi kenapa setiap aku mengingat senyummu yang hanya bisa sekilas kulihat lewat sebuah layar, aku merasa kebodohanku tidaklah pernah ada. Setiap aku membaca kicauan singkatmu yang bahkan jarang kau mengicaukannya, aku merasa kesia-siaan itu tidaklah perlu aku sesali. Setiap aku tahu bahwa kau disana merasakan kebahagiaan, aku merasa aku tidak pernah buang-buang waktu berada dibelakangmu sebagai pemuja rahasia yang selalu dibilang Manusia bodoh. Sangat terdengar bodoh!
Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia bodoh yang hanya berdiri dibelakangmu tanpa bisa kamu lihat? Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia Bodoh yang hanya bisa melakukan ini itu tanpa kamu tahu siapa aku? Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia Bodoh yang hanya bisa mengagumimu dalam sebuah kicauan tanpa kamu tahu ada aku disini membaca kicauan jarangmu itu dengan ukiran senyum? Sampai kapanpun itu..? Aku akan tetap menikmatinya! Menikmati Kebodohanku sebgai manusia pengagum rahasia tak terlihatmu! Seperti batu karang yang meskipun selalu dapat terjangan dari sang ombak, tetap kokoh diam ditempatnya.
Aku tahu kekokohan batu karang itu akan terkikis habis oleh ombak pada akhirnya. Begitupun dalam setiap kisah, pasti ada akhir yang harus dilalui. Dan saat si Manusia Bodoh ini akhirnya harus mengakhiri kegilaannya berdiri tak terlihat dibelakangmu. Aku ingin.. saat kisah ini benar-benar-benar harus aku akhiri. Kamu bisa berdiri lebih tegap dari kamu yang biasanya berdiri malu-malu dalam diam tanpa harus jadi malu-maluin diri kamu. Kamu bisa bicara bebas lebih bebas dari kamu yang biasanya berbicara jika ada yang meminta kamu bicara. Kamu berekspresi lepas lebih dari apa yang selalu kamu perlihatkan dalam pandangan sekilasku. Kamu.. jadi kamu yang lebih baik dalam setiap sisi didirimu, dari siapa kamu yang sebelum-sebelumnya. Tanpa kamu meninggalkan keanggunan sahajamu yang meneduhkan.
Apa yang aku rasakan, tidak perlu satu orangpun atau siapapun mengerti, dan membiarkanku saja jalan bersama rasa ini. Toh kebahagiaan orang-seorangnya pastilah berbeda-beda. Aku tidak perlu mengusik apa yang mereka rasakan, apa yang membuat mereka nayaman, membuat mereka bahagia. Dan begitupun mereka! Meski tidak bisa dipungkiri.. usikan itu pasti ada dan mungkin tak bisa bisa dihindari. Apa mau dilakukan? Cukup diam dan tersenyumlah menikmati usikan dari mereka tentang rasa bahagia yang aku rasakan.
Note: Jangan mau jadi seperti si penulis Manusia Bodoh ini. Karena rasanya... lumayan berat :D
Ngena nih..
BalasHapusSi manusia bodoh ini ngegambarin aku banget..
Tak berdaya..
Hubungan searah yang tak terbalaskan dan tak disadari.. *eh
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus