Minggu, 13 April 2014

Melody Tak Tersampaikan

Sihir apa yang kau punya? Mantra apa yang kau ucap? Apa yang sudah kau lakukan hingga aku jadi seperti ini!?

Ada tanya dalam setiap helaan nafas yang kubuang. Aku merasa.. apa yang sudah aku lakukan untukmu tak pernah cukup. Kau tidak pernah mengapresiasi apa yang sudah aku lakukan untukmu, benarkan? Jangankan untuk mengapresiasi, untuk sekedar menolehnya saja.. kamu sepertinya enggan. Semoga itu hanya ketakutanku saja!

Siapa aku bagimu? Hanya mahluk yang bernafas tanpa perlu kamu apa-apakan. Mungkin begitu!

Ada diposisi mana aku dalam hidupmu? Di ragamu? Di jasadmu? Atau dibagian mana yang lebih spesifik? Jawablah.. agar aku tahu harus bagaimana aku bersikap jika kelak aku bisa berada didekatmu. Saat aku harus mengalunkan nafasku, saat aku harus melisankan ucapanku, saat aku harus mengatur gerakanku ketika aku ada didekatmu. Agar kamu tidak risih dengan keberadaanku.

Keberadaanku yang seperti angin untukmu. Aku ada tapi tak bisa kau pegang. Aku membelaimu tapi tak bisa kau balas belaianku meskipun itu menyejukan. Jadi aku ini siapa untukmu? Hanya teman sekelas sajakah? Yang jalan pulangnya searah! Yang setiap melihat wajahmu bahkan dari samping membuat dadaku terasa sakit!!

Sakit yang selalu dengan senyum aku menikmatinya. Sakit yang bisa saja membunuhku secara perlahan. Apa harus aku katakan aku mau mati. setiap aku melihatmu tersenyum terlihat bahagia bersama mereka semua yang bisa ada didekatmu. Rasanya seperti aku tak perlu lagi ada untukmu. Terdengar berlebihan mungkin, tapi apa mau dikata? Itulah yang aku rasakan. Hanya aku yang merasakannya disini.

Disini sendirian.. menikmati peranku sebagai penghayal besar. Memimpikan adanya dirimu disisiku. Memimpikan adanya aku diantara ribuan orang yang ingin ada didekatmu. Untuk sekedar bertatap wajah meski dalam rasa malu. Untuk sekejap memegang tanganmu meski dalam hitungan detik. Untuk mendengar suaramu meski hanya sebaris kalimat umum yang kau ucapkan. Untuk Sekedar melihat lengkungan senyummu meski dalam lelah wajahmu yang masih terlihat manis. Untuk sekedar berucap.. Semangat aku selalu mendukungmu, meski dengan keterbataan lidahku.

Lidahku yang selalu menyebutkan namamu dalam setiap perbincangan yang aku buat atau yang mereka buat. Kamu boleh bahkan bebas memposisikan aku dimanapun dalam hidupmu. Tapi kamu harus tahu bahwa aku.. memposisikanmu di sini.. dihatiku yang tak pernah kosong dari memikirkanmu.

Aku disini, kamu disana. Aku penghayal, kamu yang dihayalkan. Aku pendukung, kamu yang aku dukung. Suatu hari nanti bukan tidak mungkin aku yang disini cuma menghayalkanmu dalam dukungan. Bisa jadi lebih dari sekedar pendukung yang berhayal. Mungkin keberadaanku akan kamu sadari nanti, entah kapan itu yang pasti aku yakin akan ada masanya saat yang jauh bisa jadi dekat dan yang dekat bisa saja jadi tak terasa dekat.

Karena bukan sihir yang kau punya untuk memikatku. Karena tak pernah ada mantra yang kau lafalkan untuk menarikku. Karena hanya seulas senyum sebait kalimat sederhanalah yang kau miliki yang akhirnya bisa membuatku jadi seperti ini.

Kau memang Melody.. Melody yang mengalunkan suara merdu. Melody penyampai rasa yang tak terucap. Melody.. yang membuatku mengalunkan Melody yang tak tersampaikan.

Rabu, 09 April 2014

Manusia Bodoh

Belum pernah aku tahu bagaimana ragamu secara mata telanjang, aku selalu memujamu dari belakang sudah persis pemuja rahasia, aku selalu mendukungmu juga dari belakang sudah seperti invisible man.

Untuk sebagian orang.. aku terdengar bahkan terlihat seperti manusia bodoh. Seperti Spongebob yang bisa-bisanya memuja kerang ajaib. Hanya bedanya.. kerang ajaibnya Spongebob terlihat namun tak bergerak ataupun bersuara tapi bisa dia sentuh. Sementara kamu.. bergerak, bersuara, terlihat sempurna tapi tidak bisa aku sentuh. Memang cuma manusia bodoh yang mau melakukan hal seperti itu. Menikmati fatamorgana, ilusi dalam delusi, atau.. khayalan tingkat tinggi yang tak pernah berwujud nyata, tak pernah bersuara nyata.

Entah apa yang menarik darimu? Yang selalu hanya bisa kupandangi dalam sebuah layar flat, dalam selembar photo, bahkan hanya dalam sebuah cerita hingga catatan kecil dari mereka yang bisa selalu menjumpaimu disana. Ditempat yang belum bisa aku gapai, yang hanya bisa aku angankan dalam khayalan ilusiku.

Mungkin benar.. aku ini memang hanya manusia bodoh. Yang mau melakukan ini itu hanya demi dirimu yang tak pernah kujumpai secara kasat mata, yang tak pernah bisa kusentuh. Hmm.. Bukankah seharusnya aku tidak perlu melakukan ini itu secara berlebihan? Tapi entah mengapa rasanya melegakan, menyenangkan, bahkan.. bisa dibilang membahagiakan. Apalagi saat kamu bicara dalam tulisan singkat mengenai aku yang jauh disini. Huahhh rasanya seperti.. kamu bicara itu tepat dihadapanku, sampai aku merasa apa yang sudah aku lakukan untukmu yang tidak banyak ini menjadi berguna, hingga aku bisa menyimpulkan senyum senang. Namun kembali, sepertinya aku memang hanya manusia bodoh. Yang dengan suka hati mau memujamu, mendukungmu, bahkan menerima dan hanya menyimpan rapat sebuah rasa yang cukup menyiksa, rasa.. rindu karena inginnya bertemu. Bodoh bukan?

Ada saat aku sendiri, hanya menatap langit-langit putih. Aku berbisik dalam hati.. iya benar. Ternyata aku ini memang manusia bodoh yang selalu melakukan hal yang menurut mereka itu hanya sia-sia dan buang waktu. Tapi kenapa setiap aku mengingat senyummu yang hanya bisa sekilas kulihat lewat sebuah layar, aku merasa kebodohanku tidaklah pernah ada. Setiap aku membaca kicauan singkatmu yang bahkan jarang kau mengicaukannya, aku merasa kesia-siaan itu tidaklah perlu aku sesali. Setiap aku tahu bahwa kau disana merasakan kebahagiaan, aku merasa aku tidak pernah buang-buang waktu berada dibelakangmu sebagai pemuja rahasia yang selalu dibilang Manusia bodoh. Sangat terdengar bodoh!

Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia bodoh yang hanya berdiri dibelakangmu tanpa bisa kamu lihat? Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia Bodoh yang hanya bisa melakukan ini itu tanpa kamu tahu siapa aku? Sampai kapan aku akan menjadi si Manusia Bodoh yang hanya bisa mengagumimu dalam sebuah kicauan tanpa kamu tahu ada aku disini membaca kicauan jarangmu itu dengan ukiran senyum? Sampai kapanpun itu..? Aku akan tetap menikmatinya! Menikmati Kebodohanku sebgai manusia pengagum rahasia tak terlihatmu! Seperti batu karang yang meskipun selalu dapat terjangan dari sang ombak, tetap kokoh diam ditempatnya.

Aku tahu kekokohan batu karang itu akan terkikis habis oleh ombak pada akhirnya. Begitupun dalam setiap kisah, pasti ada akhir yang harus dilalui. Dan saat si Manusia Bodoh ini akhirnya harus mengakhiri kegilaannya berdiri tak terlihat dibelakangmu. Aku ingin.. saat kisah ini benar-benar-benar harus aku akhiri. Kamu bisa berdiri lebih tegap dari kamu yang biasanya berdiri malu-malu dalam diam tanpa harus jadi malu-maluin diri kamu. Kamu bisa bicara bebas lebih bebas dari kamu yang biasanya berbicara jika ada yang meminta kamu bicara. Kamu berekspresi lepas lebih dari apa yang selalu kamu perlihatkan dalam pandangan sekilasku. Kamu.. jadi kamu yang lebih baik dalam setiap sisi didirimu, dari siapa kamu yang sebelum-sebelumnya. Tanpa kamu meninggalkan keanggunan sahajamu yang meneduhkan.

Apa yang aku rasakan, tidak perlu satu orangpun atau siapapun mengerti, dan membiarkanku saja jalan bersama rasa ini. Toh kebahagiaan orang-seorangnya pastilah berbeda-beda. Aku tidak perlu mengusik apa yang mereka rasakan, apa yang membuat mereka nayaman, membuat mereka bahagia. Dan begitupun mereka! Meski tidak bisa dipungkiri.. usikan itu pasti ada dan mungkin tak bisa bisa dihindari. Apa mau dilakukan? Cukup diam dan tersenyumlah menikmati usikan dari mereka tentang rasa bahagia yang aku rasakan.

Note: Jangan mau jadi seperti si penulis Manusia Bodoh ini. Karena rasanya... lumayan berat :D

Sebuah cerita, penyampai kata tak terucap.